Bisnis.com, JAKARTA — Kondisi alam dan sosial membuat pengerjaan proyek Palapa Ring Paket Timur menemui berbagai tantangan.
Balai Penyedia dan Pengelolaan Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI) menyatakan ada sejumlah tantangan yang akan dihadapi pemenang tender pembangunan proyek Palapa Ring Paket Timur dalam menggelar kabel serat optik, baik di darat maupun di laut.
Anang Latif, Direktur Utama BP3TI mengemukakan salah satu tantangan dihadapi oleh konsorsium Moratelindo-IBS-Smart Telecom sebagai pemenang tender Palapa Ring Paket Timur adalah kondisi laut. Menurutnya, wilayah laut Indonesia bagian timur terkenal sebagai wilayah ranjau karena memiliki arus laut cukup kencang dan wilayah perairan dalam, sehingga dikhawatirkan kabel optik yang digelar akan putus.
“Jadi arusnya ini kencang sekali di sana, ini yang harus dihindari. Kalau kabel optik yang digelar lewat arus laut itu nanti bisa putus dan akhirnya akses telekomunikasi juga putus,” tuturnya kepada Bisnis, Kamis (15/6/2017).
Selain wilayah laut, menurutnya, tantangan yang akan dihadapi konsorsium tersebut adalah wilayah darat Indonesia bagian timur. Dia menjelaskan di wilayah tersebut masih banyak lahan adat dari berbagai suku sehingga dibutuhkan pengawalan yang ketat dari TNI dalam melakukan gelar kabel.
“Instalasi di daratnya memang agak ngeri ya di sana, makanya butuh pengawalan dari TNI biar aman. Keberadaan tanah adat di sana masih sangat kuat dan kental, jadi harus ekstra hati-hari untuk instalasi darat di wilayah sana,” katanya.
Dia mengatakan tantangan lainnya yang akan dihadapi konsorsium tersebut adalah biaya untuk membawa material infrastruktur yang masih sangat tinggi. Menurutnya, transportasi yang ideal untuk membawa material tersebut adalah helikopter dengan biaya yang cukup tinggi.
“Saya malah dengar pemenang paket timur ini katanya mau beli helikopter, karena memang akses di beberapa titik masih sangat susah untuk wilayah daratnya. Inilah tantangan yang harus dihadapi mereka,” ujar Anang.